Sunday, June 29, 2008

WUJUD CINTA UNTUK SANG RASUL

WUJUD CINTA UNTUK SANG RASUL

Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.
[3.144]

Hari itu pada Haji Wada’, sebuah ayat turun, “Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridhai Islam menjadi agama bagimu”. Para Sahabat bergembira, mereka bersorak “Agama kita telah sempurna, agama kita telah sempurna”. Kegembiraan yang memuncaki 23 tahun perjuangan dengan segenap suka dan duka. Di tengah kerumunan manusia pada hari Haji itu, seorang sahabat mulia justru bersedih. Abu Bakar As-Siddiq, perasaannya yang halus, dan dengan segenap keistimewaan yang ia miliki, ia menangis. Ia memahami di balik kesempurnaan pasti ada kesudahan. Ia menyadari, tidak lama lagi Sang Rasul yang dicintai akan meninggalkan dunia, meninggalkan para sahabat, kembali ke pangkuan Allah SWT.

Tangis sedih Abu Bakar didengar para sahabat. Setelah Abu Bakar menjelaskan mengapa ia menangis, para sahabat pun menangis. Betapa menyedihkan, Sang Kekasih tercinta, bertahun-tahun hidup dan berjuang bersama, segenap kesulitan dan kemudahan dilalui dalam persaudaraan yang tak ada duanya, tidak lama lagi akan tiada, meninggalkan dunia yang fana.

Mengetahu para sahabat menangis, Rasulullah bergegas mendatangi mereka. Di depan para sahabat Rasulullah S.A.W. berkata:" Semua yang dikatakan Abu Bakar r.a adalah benar dan sesungguhnya masa untuk aku meninggalkan kamu semua telah hampir dekat”. Mendengar perkataan Sang Rasul, Abu Bakar kembali menangis hingga kemudian tak sadarkan diri, tubuh Ali ibn Abi Thalib bergetar, dan sahabat lainnya menangis dengan sekuat yang mereka bisa.

Beberapa masa kemudian Rasullullah sakit. Kota Madinah berada dalam suasana kesedihan. Di suatu Subuh, setelah adzan, Bilal ibn Rabah bergegas menuju kediaman Rasullullah, di sana Fatimah menyambut Bilal dan berkata, “Jangan Kau ganggu Rasullullah, kondisinya sedang payah”. Bilal kembali ke masjid, di sana masih tak ada yang sanggup menggantikan Sang Rasul menjadi imam shalat subuh. Semua yang hadir di masjid diselimuti kesedihan. Kali kedua, Bilal kembali mendatangi kediaman Nabi, dan Fatimah kembali mencegah Bilal bertemu Nabi karena kondisi Nabi sedang buruk. Bilal menjawab, “Subuh hampir tiada, tak ada yang dapat memimpin shalat”. Dari dalam kamar Rasulullah mendengar percakapan tersebut dan mememerintahkan agar Abu Bakar menjadi imam shalat Subuh. “Abu Bakar terus menangis” seru Bilal. Rasululah pun bergegas ke masjid dipapah oleh para sahabat.

Masjid penuh sesak oleh kaum Muhajirin beserta Anshar. Ada sosok cinta di sana, kekasih yang baru saja terbangun dari sakitnya, yang membuat semua sahabat tak melewatkan kesempatan ini. Setelah mengimami shalat, nabi berdiri di atas mimbar. Suaranya basah, menyenandungkan puji dan kesyukuran kepada Allah yang Maha Pengasih. Senyap segera saja datang, mulut para sahabat tertutup rapat, semua menajamkan pendengaran menuntaskan kerinduan pada suara sang Nabi yang baru berada lagi. Semua menyiapkan hati, untuk disentuh serangkai hikmah.

Selanjutnya Nabi bertanya, “Wahai sahabat, kalian tahu umurku tak akan lagi panjang, Siapakah di antara kalian yang pernah merasa teraniaya oleh si lemah ini, bangkitlah sekarang untuk mengambil kisas, jangan kau tunggu hingga kiamat menjelang, karena sekarang itu lebih baik”. Semua yang hadir terdiam, semua mata menatap Nabi yang terlihat lemah. Tak akan pernah ada dalam benak mereka perilaku Nabi yang terlihat janggal. Apapun yang dilakukan Nabi, selalu saja indah. Segala hal yang diperintahkannya, selalu membuihkan bening sari pati cinta. Tak akan rela sampai bila-bilapun, ada yang menyentuhnya meski hanya secuil jari kaki. Apapun akan digadaikan untuk membela Al-Musthafa.

Melihat semua yang terdiam, nabi mengulangi lagi ucapannya, kali ini suaranya terdengar lebih keras. Masih saja para sahabat duduk tenang. Hingga ucapan yang ketiga kali, seorang laki-laki berdiri menuju Nabi. Dialah Ukasyah Ibnu Muhsin.“Ya Rasul Allah, Dulu aku pernah bersamamu di perang Badar. Ketika kamu meluruskan barisan pada perang Badar, kamu telah memukul dadaku dengan tongkatmu. Aku ingin menuntut balas kepadamu hari ini”.

Baginda terdiam seketika, lalu berkata, “ke sinilah dan tuntutlah balas daripadaku”. Ukasyah pun mengambil tongkat seperti tongkat Nabi, lalu dia berkata: “Wahai Rasulullah, pada hari itu(hari kamu memukulku), tiada sesuatu apa pun yang menutupi dadaku! Oleh sebab itu, buka dadamu untuk balasanku ini”.(subhanallah)

Lalu Rasulullah SAW membuka dadanya yang mulia itu. Setelah itu, datanglah Ukasyah dengan meletakkan tongkatnya, kemudian dia meletakkan wajah, mata dan janggutnya pada dada Rasulullah sambil menangis. Manakala orang ramai pun turut menangis melihatkan kejadian itu.

Ada pun berkaitan harta yang ditinggalkan Baginda, maka Aisyah berkata: “rasulullah SAW telah meninggalkan 7 keping wang dinar. Baginda datang dengan membawa wang dinar tersebut sebelum mati dan berkata: “aku memiliki 7 keping wang dinar. Bagaimana denngan aku jika aku bertemu ALLAH, aku masih memiliki wang tersebut?”. Maka Baginda memerintahkan supaya dibahagikan wang tersebut kepada fakir miskin. Baginda tidak meniggalkan harta sedikit pun dan tiada ahli warisnya yang dapat mewarisi hartanya termasuk Fatimah (ini merupakan pendapat yang sahih).

Sehari atau 2 hari sebelum Rasulullah wafat, Fatimah datang menziarahinya pada waktu Baginda sedang sakit. Menjadi kebiasaan Rasulullah, Baginda akan menyambutnya dengan berdiri di hadapan pintu, mencium kening Fatimah lalu mempersilakan dia duduk di tempat Baginda. Dan jika Baginda menziarahinya, Fatimah akan memberikan layanan yang serupa. Namun, pada waktu sakit ini, Baginda tidak mampu menyambutnya. Baginda hanya dapat melihat Fatimah dan dia pun membalas pandangannya. Baginda menangis dan Fatimah pun menangis. Akhirnya Baginda berkata: “mendekatlah kepadaku,” maka Fatimah pun mendekatkan kepalanya di samping mulut Baginda.

Rasulullah berkata: “aku akan wafat pada sakitku ini,” mendengar bisikan tersebut, Fatimah pun menangis. Lalu Baginda berkata: “kamu adalah orang pertama yang akan bertemu denganku,” hingga akhirnya Fatimah pun tertawa.

Berkata Aisyah: “ketika roh Nabi Muhammad pergi, maka kepala Baginda miring ke sebelah, roh keluar melalui mulut Baginda bagaikan titisan air yang sejuk, bersih dan suci, iaitu bagaikan air yang berasal dari awan.”

Dengan cara tersebut, Rasulullah SAW wafat. Semua penduduk Madinah, baik lelaki, perempuan mahu pun kanak-kanak, semuanya menangisi pemergian Sang Agung. Rumah Baginda pun dipenuhi dengan rasa dukacita yang mendalam.

Waktu itu, Abu Bakar dan kudanya sedang berada di kawasan al-Awali, ketika mendengar berita tersebut, maka dia menunggang kudanya menuju ke rumah Baginda. ALLAH telah menetapkan ketenangan jiwa pada diri Abu Bakar, dia datang tanpa menitiskan air mata dan tidak menangis sedangkan dia adalah seorang yang lembut dan mudah menangis. Dia datang menghampiri jasad Rasulullah dan membuka wajah Baginda yang putih berseri, mendekatinya lalu dia mencium pipi Baginda hingga akhirnya air mata Abu Bakar jatuh berderai. Dia berkata: “Demi ALLAH, tiada orang yang lebih baik daripadamu ketika kamu hidup dan tiada orang yang lebih baik daripadamu ketika kamu mati.” Dengan kesabaran dan ketenangan hati, dia keluar ke masjid, naik ke atas mimbar lalu berkata kepada Umar yang sedang berteriak kepada para manusia: “bertenanglah atas kematian Rasul kamu!”

Ketika Rasulullah SAW wafat, Umar al-Khattab berdiri sambil berkata: “sesungguhnya seorang munafiq telah berprasangka bahawa Rasulullah telah wafat, namun Baginda pergi bertemu Tuhannya seperti yang berlaku pada Nabi Musa. Sesungguhnya dia (Nabi Musa) telah pergi dari kaumnya selama 40 hari, lalu dia kembali kepada mereka setelah dikatakan dia telah mati. Demi ALLAH, Rasulullah akan kemblai kepada kita seperti kembalinya Nabi Musa. Aku akan memotong tangan dan kaki orang yang mengatakan bahawa Rasulullah telah wafat!”

Sehinggalah Abu Bakar berbicara, maka Umar terduduk dan terdiam, orang ramai pun ikut terdiam. “wahai sekalian manusia! Sesiapa yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad itu telah mati. Dan sesiapa yang menyembah ALLAH, sesungguhnya ALLAH tetap hidup dan tidak akan mati.”

Lalu Abu Bakar membaca firman ALLAH [3.144]
Berkata Umar: Demi ALLAH, aku tidak pernah mendengar ayat tersebut kecuali Abu Bakar telah membacanya. Aku tercengang hingga aku terjatuh ke tanah, kedua kakiku tidak mampu menahan badanku. Aku baru sedar bahawa Rasulullah telah wafat.

Lalu Baginda Rasulullah SAW dimakamkan di dalam bilik Aisyah kerana Abu Bakar pernah mendengar dari Rasulullah, Baginda berkata: “tidaklah ALLAH mencabut roh seseorang Nabi kecuali di tempat di mana dia suka untuk dikuburkan di tempat itu.”
PENGAJARAN:
ALLAH adalah zat yang Hidup selama-lamanya, tidak akan mati manakala semua benda hidup di dunia ini akan mati. Ingat dan tunggulah saat kematian, bersiap-sedialah kerana kematian boleh datang bila-bila masa saja.
Sesungguhnya jasad Muhammad itu telah mati, namun ajaran Islam yang dibawanya tetap diamalkan hingga hari kiamat nanti.

Betapa besar cinta para sahabat kepada Sang Rasul…
Berapa besarkah cinta kita ?

sumber: Kisah Kerasulan Nabi Muhammad SAW (intisari dari sirah) karangan Dr Aidh bin Abdullah Al- Qarni

No comments: